Validitas Instrumen Penelitian
VALIDITAS
Suatu instrumen
dikatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat
apa yang hendak diukur. Jadi peran penting validitas instrumen adalah mutlak
harus bisa mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti. Karena sebagai syarat
untuk mendapatkan instrument yang baik salah satunya harus memiliki validitas
yang tinggi. Terdapat dua unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dari
prinsip validitas, yaitu kejituan dan ketelitian (Hadi, 1980). Suatu alat ukur
dikatakan jitu apabila alat ukur tersebut dapat dipergunakan secara tepat dan
jitu mengenai sasaran. Secara umum terdapat dua jenis validitas suatu
instrument yaitu validitas teori (teroritis) dan validitas empiric. Atau
penulis lain menyebutnya dengan validitas internal (validitas teori) dan
validitas eksternal (validitas empiric). Berikut uraian masing-masing validitas
tersebut:
1. Validitas Teori (Validitas Internal)
Validitas teori mencerminkan rasionalitas dari instrument yang dikembangkan. Validitas teori terdiri dari tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas construck (logically validity), dan muka.
a.
Validitas isi
Berkenaan dengan kesahihan
instrument dengan materi yang akan ditanyakan, baik perbutir soal maupun secara
menyeluruh. Validitas isi berkaitan
dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini
berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel
yang hendak diukur. Maksud dari jenis validitas isi ini ialah bahwa isi atau
bahan yang diuji relevan dengan kemampuan pengetahuan, pelajaran, pengalaman
atau latar belakang orang yang diuji. Jika misalnya kita uji bahan yang ada
diluar yang dipelajari maka tesnya itu tidak mempunyai validitas isi. Misalnya
menguji kemampuan bahasa inggris, maka yang perlu dites ialah structure,
grammer, vocabulary, reading, writing, listening, bahkan hingga dilakukan tes
conversation dan pronouncation. Jadi,
validitas isi diperoleh dengan mengadakan sampling yang baik, yaitu memilih
item-item yang representatif dari keseluruhan bahan yang berkenaan dengan hal
yang kita selidiki.
b.
Validitas Construct
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas
konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur
dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Validitas
ini berkenaan dengan menyatakan derajat suatu instrument dalam mengukur
construct yang diduga, yaitu perilaku yang tidak bisa diamati dan diukur secara
lansung. Ada sifat-sifat yang
tidak dapat langsung tampak perwujudannya dalam kelakuan masuia, misalnya
kepribadian seseorang. Kepribadian terdiri dari berbagai komponen, dengan tes
kepribadian kita ingin mengetahui aspek-aspek manakah yang sebenarnya kita
ukur. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat diselidiki
berbagai komponen kepribadian tersebut, sehingga tes itu dapat disusun
berdasarkan komponen itu, tes yang demikian ini bisa dikatakan memiliki
validitas konstruk.
c.
Validitas Muka
Validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Ini sebagai pelengkap dua validitas di atas. Ini berkaitan dengan bagaimana bentuk susunan item-item dari instrument disusun berdasarkan kalimatnya, kejelasan tulisan, kesesuaian gambar, dan lain sebagainya.
2. Validitas Empirik (Validitas Eksternal)
Disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah terbukti. Instrumen yang telah disusun kemudian diujicoba. Dari hasil ujicoba peneliti dapat menghitung validitas dari masing-masing item. Uji validitasnya dibandingkan dengan standar yang telah ada dilanjutkan dengan analisis factor dan butir. Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat di katakan memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dapat di buktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Dari penjelasan dan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus di buktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat di lakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang di gunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua yaitu : yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang (prediksi).
1.
Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih garis besar dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.
Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini
hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal
yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada
sekarang, concurrent). Dalam
membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat
pembanding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya
di bawah ini dikemukakan sebuah contoh. Misalnya seorang guru ingin mengetahui
apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk itu diperlukan
sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai
ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
2. Validitas prediksi (predictive valydity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Apabila calon peserta memiliki nilai tes yang tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus apabila memiliki nilai yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester 1 dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.